Siapa Salah???
Jika kita menengok kebelakang, beberapa waktu yang lalu cukup heboh kasus
Freeport di Papua. PT Freeport sendiri merupakan salah satu perusahaan yang ada
di Indonesia yang menyerap tenaga kerja Indonesia paling banyak. Namun walaupun
demikian bukan berarti Freeport mampu membantu menyejahterakan masyarakat,
khususnya masyarakat Papua. Pemerintah dalam “merestui” PT Freeport kurang
berpikir jangka panjang. Kita lihat dampak dari Freepoort dimana dampak
lingkungan begitu besar. Sungai-sungai yang terkena buangan limbah Freeport
bisa dipastikan tumbuhan-tumbuhan yang hidup dipinggir-pingir sungai akan layu
dan mati. Sungai pun akan menjadi berwarna gelap dan hitam pekat. Tentu hal
tersebut akan membunuh makhluk hidup yang hidup disungai. Bayangkan kalau sungai
tersebut dimanfaatkan oleh manusia? Tentu akan berakibat fatal. Padahal tidak
sedikit penduduk di Papua yang hidupnya memanfaatkan air sungai. Belum lagi
penambangan emas yang dilakukan di gunung Grasberg dan Erstberg yang memiliki
sejarah, mitos, dan kisah yang bermakna tinggi bagi masyarakat pedalaman Papua.
Terkait dengan pemogokan yang dilakukan pekerja Freeport yang berbuntut
kekerasan di Papua memang bukan 100% salah para pemogok. Mereka hannya menuntut
upah mereka dinaikkan. Seharusnya
tuntutan tersebut tidak sulit diwujudkan oleh PT Freeport. Kalau melihat
keuntungan yang didapat PT Freeport, seharusnya Freeport mampu melakukan “balas
budi” pada masyarakat Papua yang alamnya sudah mereka eksploitasi. Toh di
kabupaten Mimika, tempat berdirinya PT Freeport, jumlah penduduk asli Papua
hanya sekitar 35% dan sisanya adalah pendatang. Apa susahnya menaikkan standar
upah bagi sebagian dari 35% penduduk asli yang bekerja di Freeport?
Freeport sendiri dulunya hanya perusahaan gurem di dunia, berkat penambangan
emas di Papua, Freeport menjelma menjadi salah satu perusahaan terbesar dan
disegani didunia. Tapi apa yang dilakukan PT Freeport menanggapi pemogokan
pekerjanya? Banyak dugaan PT Freeport menyewa, menyuap, membayar (atau
apapun istilahnya) pada polisi untuk mengamankan perusahaan. Dan parahnya lagi
pihak kepolisian juga diduga melakukan kekerasan (militerisme) dan
pelanggaran HAM. Anehnya, Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang saat itu sedang
tidak aktif malah dikait-kaitkan dan dijadikan kambing hitam oleh berbagai
pihak, termasuk media. Padahal permasalahan sebenarnya hanya masalah pekerja
yang menuntut kenaikan upah. Lalu kenapa harus mencari kambing hitam?
Permasalahan OPM kembali memberontak itu bukan terkait Freeport secara
langsung, walaupun memang mungkin OPM mengambil moment tersebut.
Jika kita lihat kekerasaan yang diduga dilakukan pihak kepolisian terhadap
rakyat Papua dan lebih memilih melindungi PT Freeport, berarti secara tidak
langsung kepolisian mengangkangi apa yang diamanatkan UUD 1945. Seharusnya tugas
polisi adalah melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan melakukan tindakan
militerisme. Sering kita merenung dan bertanya-tanya, penting manakah antara
melindungi perusahaan asing dan melakukan tindakan militerisme pada masyarakat
atau melindungi dan mengayomi masyarakat yang memperjuangkan hak-haknya seperti
apa yang diamanatkann Undang-undang? Kalau sudah begini, siapa yang salah?
*Referensi berdasarkan perenungan pribadi, Antaranews.com, menyimak talk
show di metro tv, obrolan santai dengan Taufik Nur H, buku “SBY antek Yahudi
AS???” karya Eggi Sudjana.
sungguh ironis kasus freeport yang tak kunjung usai. masalah yang tadinya hanya pada freeport dan para pekerjanya kini sudah masuk ke ranah politik. jangan sampai kasus ini menjadi pintu masuk bagi rakyat papua yang ingin melepaaskan diri dari indonesia. kontrak karya dengan PT Freport perlu ditinjau ulang.
BalasHapusthx komennya.padahal cuma skedar posting krn sya membahasnya juga krg dalam
BalasHapusEkstraksi sumber daya alam dalam jumlah besar terdiri atas pertambangan, penebangaan kayu dan rancangan peraaturan daerah khusus mengenai pengaturan tanah adat dalam bentuk partisipasi yang adil berpotensi menarik bagi penanam modal. Pembangunan tidak seharusnya hanya untuk meraih pertumbuhan ekonomi dalam rangka mencari keuntungan ekonomi , tetapi juga harus tetap menjaga martabat kolektif yang dipercayai oleh masyarakat setempat
BalasHapus