Kamis, 29 Desember 2011

Puisi


Sumpahmu
Karya : N. Farhan

Sumpah serapah kau tujukan padaku
Tak peduli hati pedih terkoyak
Kata-kata tajam meluncur tak beraturan
Menumbuhkan bibit kebencian
Kau terdekat
Kau yang melaknat
Selalu benar yang kau rasa
Kau sumbat telinga
Pupuskan sayup suara orang

Rangkaian kata tajam
Terbekas dalam tak karuan

Transportasi Publik


Tindak Kejahatan Dalam Angkot

Transportasi publik di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus oleh berbagai pihak. Transportasi umum yang punya image murah, kini memiliki image baru yaitu rawan tindak kejahatan, khususnya kejahatan seksual yang menimpa penumpang wanita. Berbagai macam pelecehan seksual terjadi dalam transportasi rakyat ini. Teranyar kasus pemerkosaan bergilir didalam angkot. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah supir dan kernet angkot itu sendiri. Tentu hal tersebut menjadi sangat traumatis, bukan hanya bagi korban tetapi juga bagi para pelanggan dan pengguna jasa angkot tersebut. Jika supir dan kernetnya saja malah “mengakali” penumpangnya, lalu siapa yang bisa memberikan jaminan keamanan? Fasilitas dan kenyamanan yang pas-pasan ditambah dengan keamanan yang jauh dari kata layak seolah menjadi gambaran umum potret transportasi publik di Indonesia. Hendaknya peran pemerintah harus lebih nyata dalam mengantisipasi dan menangani kejahatan yang sering terjadi pada penumpang ankutan kota.

Harus ada standar kelayakan kendaraan dan juga standar kelayakan bagi pengemudi dan kernet angkot. Tes kesehatan mental dan fisik hendaknya dilakukan secara rutin dan berkala pada para pengemudi dan kernet angkot. Razia dokumen kelengkapan mengemudi pun harus dilakukan sesering mungkin, salah satu aspek yang harus menjadi perhatian adalah kaca angkot yang harus bisa dilihat dari luar. Namun kewaspadaan dan kehati-hatian para penumpang harus tetap ada. Dengan begitu kemungkinan tindak kejahatan dalam transportasi publik bisa dtekan.




*Referensi berdasarkan perenungan pribadi, berita-berita di media massa (khususnya metro tv)

Global Warming


Undang-Undang Perusak Bumi

Global warming seolah menjadi momok bagi bumi. Pemanasan global seolah menjadi tanda kalau usia bumi sudah senja. Cuaca yang tidak menentu, banjir yang terus-terusan terjadi, hujan yang disertai angin, badai, dan berbagai bencana lain yang menandakan akibat adanya global warming. Global warming menjadi ancaman serius yang harus segera ditindak lanjuti. Berbagai organisasi dunia menyerukan gerakan anti global warming. Bermacam slogan seperti go green, back to nature, dan bermacam-macam slogan lainnya mereka serukan. Di Indonesia pun tak kalah gencarnya. Organisasi yang berlandaskan lingkungan menyerukan pentingnya pencegahan terhadap efek global warming. Pemerintah pun cukup gencar menyerukan hal tersebut pada iklan-iklan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Namun dibalik gencarnya kampanya dan slogan-slogan tersebut, ada satu keanehan yang dibuat pembuat kebijakan.

Pemerintah disatu sisi ikut menyerukan dan mengkampanyekan gerakan anti global warming, namun disisi lain seolah mendukungg adanya global warming. Kenapa??? Mari kita tengok Undang-undang No 22 tahun 2009 tantang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJ) pada pasal 107 ayat 2 yang menyatakan pengemudi sepeda motor wajib menyalakan lampu utama di siang hari. Aturan tersebut sangat aneh menurut saya. Siang hari yang begitu panas dan terang seolah masih kurang panas dan terang bagi para pembuat kebijakan. Alasan untuk mengurangi angka kecelakaan di jalann raya dijadikan tameng. Padahal untuk mata normal di siang hari, kendaraan lain sudah terlihat jelas. Toh apakah aturan tersebut benar-benar mampu mengurangi kecelakaan? Aturan tersebut terlalu mengadopsi dari negara-negara maju di Eropa yang memang disana memiliki empat musim, lalu bagaimana dengan di Indonesia? Menurut saya penyalaan lampu kendaraan di siang hari malah akan menambah angka kecelakaan mengingat efek silau yang diakibatkan oleh lampu kendaraan lain, Belum lagi efek pemanasan global karena kebijakan tersebut. Jelas-jelas kendaraan di Indonesia luar biasa banyaknya, dengan adanya penambahan nyala lampu, tentu hal tersebut akan mempercepat pemanasan global. Namun harus kita maklumi, mungkin para pembuat kebijaka sudah tidak bisa melihat dengan jelas di siang hari sehingga butuh banyak penerangan, walaupun mungkin seharusnya hatinya lah yang lebih butuh penerangan sehingga bisa lebih memikirkan rakyat, negara, dan tentunya bumi kita yang makin tersiksa akibat kebijakan tersebut.



*Referensi dari perenungan pribadi, atas bantuan materi-materi dari Tri Winarni (Nani), dari berbagai sumber di internet

Selasa, 27 Desember 2011

Puisi


Sepi Hati Padam
Karya : N. Farhan

Sunyi sepi tak bertepi
Laksana ombak tak bergumul
Kicauan burung bisu
Teriakan kelinci-kelinci hutan
Semarak tenang tak bertuan

Hitam terpampang semesta
Lembut rintik air kehidupan
Angin sepoi melambai
Gemericik harmoni alam
Tak menyulutkan api padam

Senin, 26 Desember 2011

Kasus Freeport 2011



Siapa Salah???

Jika kita menengok kebelakang, beberapa waktu yang lalu cukup heboh kasus Freeport di Papua. PT Freeport sendiri merupakan salah satu perusahaan yang ada di Indonesia yang menyerap tenaga kerja Indonesia paling banyak. Namun walaupun demikian bukan berarti Freeport mampu membantu menyejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat Papua. Pemerintah dalam “merestui” PT Freeport kurang berpikir jangka panjang. Kita lihat dampak dari Freepoort dimana dampak lingkungan begitu besar. Sungai-sungai yang terkena buangan limbah Freeport bisa dipastikan tumbuhan-tumbuhan yang hidup dipinggir-pingir sungai akan layu dan mati. Sungai pun akan menjadi berwarna gelap dan hitam pekat. Tentu hal tersebut akan membunuh makhluk hidup yang hidup disungai. Bayangkan kalau sungai tersebut dimanfaatkan oleh manusia? Tentu akan berakibat fatal. Padahal tidak sedikit penduduk di Papua yang hidupnya memanfaatkan air sungai. Belum lagi penambangan emas yang dilakukan di gunung Grasberg dan Erstberg yang memiliki sejarah, mitos, dan kisah yang bermakna tinggi bagi masyarakat pedalaman Papua.

Terkait dengan pemogokan yang dilakukan pekerja Freeport yang berbuntut kekerasan di Papua memang bukan 100% salah para pemogok. Mereka hannya menuntut upah mereka dinaikkan. Seharusnya  tuntutan tersebut tidak sulit diwujudkan oleh PT Freeport. Kalau melihat keuntungan yang didapat PT Freeport, seharusnya Freeport mampu melakukan “balas budi” pada masyarakat Papua yang alamnya sudah mereka eksploitasi. Toh di kabupaten Mimika, tempat berdirinya PT Freeport, jumlah penduduk asli Papua hanya sekitar 35% dan sisanya adalah pendatang. Apa susahnya menaikkan standar upah bagi sebagian dari 35% penduduk asli yang bekerja di Freeport?

Freeport sendiri dulunya hanya perusahaan gurem di dunia, berkat penambangan emas di Papua, Freeport menjelma menjadi salah satu perusahaan terbesar dan disegani didunia. Tapi apa yang dilakukan PT Freeport menanggapi pemogokan pekerjanya? Banyak dugaan PT Freeport menyewa, menyuap, membayar (atau apapun istilahnya) pada polisi untuk mengamankan perusahaan. Dan parahnya lagi pihak kepolisian juga diduga melakukan kekerasan (militerisme) dan pelanggaran HAM. Anehnya, Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang saat itu sedang tidak aktif malah dikait-kaitkan dan dijadikan kambing hitam oleh berbagai pihak, termasuk media. Padahal permasalahan sebenarnya hanya masalah pekerja yang menuntut kenaikan upah. Lalu kenapa harus mencari kambing hitam? Permasalahan OPM kembali memberontak itu bukan terkait Freeport secara langsung, walaupun memang mungkin OPM mengambil moment tersebut.

Jika kita lihat kekerasaan yang diduga dilakukan pihak kepolisian terhadap rakyat Papua dan lebih memilih melindungi PT Freeport, berarti secara tidak langsung kepolisian mengangkangi apa yang diamanatkan UUD 1945. Seharusnya tugas polisi adalah melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan melakukan tindakan militerisme. Sering kita merenung dan bertanya-tanya, penting manakah antara melindungi perusahaan asing dan melakukan tindakan militerisme pada masyarakat atau melindungi dan mengayomi masyarakat yang memperjuangkan hak-haknya seperti apa yang diamanatkann Undang-undang? Kalau sudah begini, siapa yang salah?



*Referensi berdasarkan perenungan pribadi, Antaranews.com, menyimak talk show di metro tv, obrolan santai dengan Taufik Nur H, buku “SBY antek Yahudi AS???” karya Eggi Sudjana.

Senin, 19 Desember 2011

Puisi

Tikus Birokrasi

Karya : N.Farhan

Kaki-kaki kecil berlari sembunyi
Puluhan dataran dijelajahi
Milyaran hijau kertas hambur
Sisa derita bius rakyat
Tertangkap pikun
Terpasung sakit
Sandiwara tikus birokrasi

Kamis, 08 Desember 2011

Korupsi


Mungkinkah Indonesia Bisa Makmur Dan Sejahtera?

Mungkin sering kita bertanya-tanya seperti itu. Pertanyaan yang sebenarnya biasa-biasa saja tetapi sangat sulit untuk dijawab. Jika kita jawab “ya, bisa”, tapi kita lihat negara ini begitu kacaunya. Lalu apa mungkin benar bisa?. Jika kita jawab “tidak bisa”, apa kita sudah putus asa dan pesimis terhadap negara ini?. Lalu apa kita akan diam saja dan pasrah, putus asa serta pesimis melihat kenyataan negara kita ini?. Terkadang pertanyaan-pertanyaan lanjutan seperti itu muncul ketika kita menjawab satu pertanyaan “Mungkinkah Indonesia bisa makmur dan sejahtera?”. Sungguh sangat dilematis.
            Namun menurut saya pribadi, ketika saya disodori pertanyaan seperti itu, saya akan menjawab “mungkin saja bisa, walaupun kemungkinan tidak bisa lebih besar”. Kenapa saya jawab seperti itu?. Kita lihat saja kasus-kasus korupsi di Indonesia yang sangat mengenaskan. Korupsi dilakukan secara blak-blakan dan penanganannya pun setengah-setengah. Lembaga hukum, aparatur negara, bahkan sampai lembaga pendidikan dan lembaga agama pun tak kalah b*ngsatnya melakukan korupsi. Lembaga hukum yang seharusnya menghukum dan memberikan efek jera terhadap para koruptor pun bisa disuap. Tentu efek jera yang diharapkan pun tidak dapat berfungsi maksimal. Jadi para koruptor menjadi tidak takut lagi melakukan korupsi dan mengulangi perbuatannya berkali-kali. Toh bagi mereka, masuk penjara hanya masalah kecil dibanding hasil yang mereka dapatkan dari kegiatan korupsi yang mereka lakukan dan tentunya hukuman penjara pun mereka bisa beli dan tetap bisa menikmati kebebasan. Lalu apa yang harus ditakuti koruptor bangsat tersebut?
            Berkaitan dengan aparatur negara semisal kepolisian. Ketika kita memiliki problem berkaitan dengan KKN, kita pastinya akan bingung harus melaporkan kasus tersebutt pada siapa. Polisi?. Kalau pun kita melapor kekepolisian, bisa dimungkinkan juga mereka meminta “bayaran” dengan dalih administrasi. Ketika kita tahu adanya KKN di seleksi penerimaan anggota kepolisian, kepada siapa kita lapor?. Pertanyaan yang sulit dijawab mengingat KKN itu sendiri terjadi di lembaga yang seharusnya bertindak menangani laporan kejahatan, termasuk kejahatan korupsi.
Penanganan masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia juga masih mengandung unsur KKN. Penanganan-penanganan bencana dan pasca bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti gempa, genung meletus, banjir, dan berbagai bencana alam lainnya, lembaga sosial atau dalam hal ini Dinas Sosial kurang riil. Bantuan-bantuan kadang kurang tepat sasaran dan kadang tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Gempa bumi di Yogyakarta beberapa tahun yang lalu penanganannya pun juga tidak lepas dari korupsi. Pembagian bantuan diberbagai wilayah banyak yang tidak sesuai dengan keadaan dan kerusakan yang menimpa korban. Banyak jatah bantuan untuk korban berkurang karena dalam “perjalanan” bantuan tersebut ada oknum-oknum pejabat baik itu RT, kades, dst yang “memotong” anggaran bantuan dana korban gempa. Belum lagi dengan bantuan permasalahan sosial lain yang masih juga ada yang tega melakukan korupsi. Seperti bantuan raskin dan LPG 3kg yang juga dalam penyalurannya mengandung unsur KKN. Bantuan LPG 3kg yang seharusnya diperuntukkan untuk warga miskin juga diberikan kepada warga dengan keadaan ekonomi menengah keatas. Begitu juga dengan bantuan raskin yang juga terkadang penyalurannya untuk warga miskin di suatu wilayah “dikurangi” oleh aparatur desa setempat.

            Lembaga pendidikan yang seharusnya sebagai lembaga yang menciptakan agent of change pun justru memberi contoh korupsi. Bapak Ibu guru tak jarang banyak yang melakukan korupsi waktu. Mungkin hal tersebut dianggap masalah sepele, tapi disadarai atau tidak, secara tidak langsung mendidik anak didik untuk belajar korupsi dan tidak menghargai waktu. Jadi jangan salahkan Republik ini jika muncul istilah semacam jam karet karena pemimpin-pemimpin kita dahulu juga dididik oleh pendidik yang suka “masuk telat, keluar pun telat”. Tak hanya itu, jika berbicara pendidikan gratis di negara ini, itu seolah hanya omong kosong. Pendidikan gratis dengan bentuk BOS tak berjalan sesuai yang diharapkan. Sekolah-sekolah masih tetap melakukan penarikan dana dengan hanya mengganti istilah saja, seperti uang gedung, uang buku, dan uang-uang lainnya. Jadi jangan terlalu terkejut jika masih banyak anak tidak sekolah walaupun sudah ada (katanya) pendidikan gratis.
           Jika para intelek-intelek dan para ulama mengatakan solusi terbaik untuk para pelaku korupsi yaitu dengan pendekatan spiritual dan peran serta lembaga agama, menurut saya itu juga tak sepenuhnya efektif. Kita lihat realita saja bahwa ternyata lembaga agama yang seharusnya menciptakan dan mengedepankan nurani ternyata juga “main suap”. Contohnya saja calon-calon haji yang mendaftar haji dan ingin lebih cepat berangkat ke Tanah Suci, maka mereka dimintai sejumlah uang tambahan.
Dari berbagai analisis tersebut, apakah kita optimis korupsi di Indonesia bisa pupus dan hilang? Lalu mungkinkah Indonesia bisa makmur dan sejahtera?. Rakyat Indonesia sudah terlalu capek membahas masalah korupsi yang sudah tersistem ini. Mereka sudah apatis dan tidak terlalu perduli dengan masa depan negara ini karena ketika mereka ingin membongkar kasus korupsi, malah mereka yang nampak “konyol”. Di negara ini, penjahat bisa jadi pahlawan dan pahlawan bisa jadi dianggap penghalang. Mungkin hal tersebut yang menjadikan masyarakat Indonesia secara umum apatis terhadap penanganan kasus korupsi di Indonesia.





*** Referensi berdasarkan perenungan dan pemikiran pribadi, dari hasil menyimak diskusi-diskusi di berbagai stasiun televisi, berdasarkan buku berjudul “Setelah Gempa 30 Juta Skalla Richter” karya I.B. Shakuntala, dan berdasarkan sharing-sharing dengan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Bukan bermaksud menghina lembaga tertentu, hanya sebagai koreksi dan kontrol sosial.

Selasa, 15 November 2011

Amerika kuasai Dunia


Cara Amerika menguasai dunia adalah dengan menanamkan Ideologinya pada (calon) pemimpin dan (calon) orang berpengaruh di negara asalnya. Cara tersebut adalah dengan memberikan beasiswa gratis kuliah di Barat, khususnya Amerika. Disadari atau tidak, mindset mereka akan tersetting dengan kehidupan dan pemikiran ala Amerika. Dan ketika mereka pulang ke negara asal masing-masing, ideologi yang telah tersetting di otak mereka akan mereka tularkan pada orang-orang disekitarnya. Contohnya saja tentang mindset kita sekarang dalam memandang kesetaraan gender. Menurut mereka laki-laki dan wanita itu harus selalu sama. Padahal dalam agama jelas bahwa laki-laki itu adalah imam dan wanita itu adalah makmum, tidak bisa kedua-duannya menjadi imam atau makmum secara bersamaan. INGAT, agama telah mengatur sedemikian rupa dan apa yang diajarkan dalam agama adalah yang seadil-adilnya yang tentunya kita wajib meyakininya. Jadi jangan terlalu bangga bisa berkuliah di luar negeri, terutama di Barat, karena (mungkin) anda akan menjadi salah satu orang yang “dikendalikan” Yahudi AS.

Puisi

BOROBUDUR
Karya : N. Farhan

Kau nampak gagah perkasa
Megah dan berwibawa
Elok nan mempesona
Kuat perkasa di bumi Indonesia

Kau kebanggan pertiwi
Satu-satunya di tanah ini
Tak ada yang lain di bumi

Kau adalah sihir alam
Menaklukan bumi Indonesia
Bahkan seluruh dunia
Semua terkagum akan kewibawaanmu
Kaulah kebanggaanku

Puisi


NIRWANA HATI
Karya : N. Farhan

Seiring bergulirnya waktu
Ketika kenangan indah tlah tercipta
Saat lembaran cerita tlah berganti
Menutup lembaran kisah cinta kita
           
Seiring bergantinya masa
Saat cinta masih bergelora
Saat rindu masih menggebu
Saat asmara masih bergejolak
Namun, apa itu akan membuat kita selalu bersama???

Kini...
Saat cintamu masih terpahat di relung hatiku
Saat diriku selalu merindukanmu
Semua itu mungkin akan pupus
Dan akan menjadi kenangan belaka

Namun, ku sadari
Dirimu akan tetap abadi
Dan selalu singgah di hati
Sebagai nirwana hati


Senin, 14 November 2011

Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah akal busuk Amerika untuk menundukkan Islam. Dalam Islam, antara laki-laki dan perempuan itu sudah diatur sedemikian rupa. Laki-laki sebagai imam, perempuan sebagai makmum. Tapi oleh Amerika yang mayoritas orangnya Yahudi, mereka membuat istilah kesetaraan gender. Hal itu tentu untuk memecah belah dan menundukkan Islam.




 F#cK Amerika